Sunnah Menyambung Silaturrahim dengan Orang yang Memutusnya
Seringkali kita menyangka, menyambung silaturrahim itu hanya dengan karib kerabat yang suka berbuat baik kepada kita. Sedangkan mereka yang suka berlaku jahat, tidak layak disilaturrahimi. Apalagi jikalau mereka yang mulai memutusnya.
Nyatanya, dalam Islam, silaturrahim yang hakiki itu adalah menyambung hubungan dengan orang-orang yang justru lebih dahulu memutus hubungan dengan kita.
Ya, mereka yang sengaja memutusnya.
Berat? Memang! Tapi disinilah pahala besarnya sekaligus ujiannya.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abdullah bin Amru radhiyallahu anhu, Nabi Saw bersabda:
ليس الواصل بالمكافِئ، ولكن الواصل الذي إذا قُطعت رحمه وصلها
"Bukanlah orang yang menyambung silaturrahim itu dengan yang setara. Akan tetapi, orang yang menyambung silaturrahim itu adalah orang yang jikalau diputus silaturrahimnya, maka ia menyambungnya."
Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, seseorang bertanya, "Wahai Rasulullah, saya memiliki kerabat yang saya menyambung silaturrahim dengan mereka, namun mereka memutusnya. Saya berbuat baik kepada mereka, namun mereka berbuat buruk. Saya bersikap santun kepada mereka, namun mereka masa bodoh."
Beliau menjawab, "Jikalau kondisinya sebagaimana Anda katakan, maka seakan-akan Anda meyuapi mereka dengan abu panas. Allah SWT akan selalu membantu Anda menghadapi mereka, selama Anda berada dalam keadaan seperti itu."
Kadangkala pangkal masalah ini adalah kesalahpahaman. Pihak yang memutuskan menyangka di atas kebenaran, sebagaimana pihak yang diputuskan juga merasakan hal yang sama. Hati dan kepala yang dingin diperlukan agar solusi bisa ditemukan.
Sunnah besar ini, mungkin bisa menjadi jalan kebaikan bagi kita bersama. []