Antara Khidmat dan Mencintai
قَوْمٌ أَقَامَهُمُ الْحَقُّ لِخِدْمَتِهِ وَقَوْمٌ اخْتَصَّهُمْ لِمَحَبَّتِهِ, كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُوْرًا
“Ada suatu kaum yang ditempatkan oleh Allah Swt untuk berkhidmat melayani-Nya, dan ada kaum lainnya yang dikhususkan-Nya untuk mencintai-Nya. Kepada masing-masing mereka, baik kelompok ini maupun kelompok itu, kami berikan karunia Tuhanmu, dan karunia Tuhanmu tidaklah terbatas.”
(Ibn Athaillah al-Sakandari)
[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]
Ada di antara para hamba Allah Swt yang ditempatkan-Nya di posisi berkhidmat melayani-Nya. Mereka memperrsembahkan segenap jiwanya dan raganya demi mendapatkan ridho-Nya. Mereka menjauhi segala sesuatu yang akan membuat-Nya murka dan marah. Mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya demi meninggikan kalimat-Nya di muka bumi ini. Hidup dan mati mereka hanyalah untuk-Nya semata.
Pada saat bersamaan, ada juga di antara para hamba-Nya yang ditempatkan pada posisi mencintai-Nya. Hati dan perasaan mereka dipenuhi rasa cinta kepada-Nya. Kerinduannya untuk selalu mendekatkan diri ke hadirat-Nya dan beribadah menyembah-Nya. Ibarat orang yang dimabuk rindu, maka keingiannya hanyalah bersama kekasihnya. Baginya, ibadah adalah kebutuhan primer yang akan membuatnya selalu dekat dengan Kekasihnya.
Masing-masing kelompok, baik yang mempersembahkan hidupnya untuk beribadah menyembah-Nya maupun yang mengabdikan dirinya untuk mencintai-Nya, sama-sama diberikan limpahan karunia-Nya. Itulah yang akan mengantar mereka menuju tingkatan sebenarnya.
Berdoalah kepada-Nya, agar Anda dimasukkan ke dalam salah satu kelompok ini. Jangan sampai Anda justru berada di luar keduanya, karena itu berarti Anda berada dalam kerugian yang nyata.