Keadaan Spritual yang Baik
حُسْنُ الْأَعْمَالِ نَتَائِجُ حُسْنِ الْأَحْوَالِ, وَحُسْنُ الْأَحْوَالِ مِنَ التَّحَقُّقِ فِي مَقَامَاتِ الْإِنْزَالِ
“Amal kebajikan merupakan hasil keadaan spritual yang baik, dan keadaan spritual yang baik merupakan perwujudan dari kedudukan yang diberikan oleh Allah Swt.”
(Ibn Athaillah al-Sakandari)
[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]
Amal kebajikan yang tampak dari perbuatan-perbuatan anggota badan merupakan konklusi dari keadaan spritual yang baik, yang letaknya di dalam hati. Barangsiapa yang keadaan hatinya baik, maka itu akan terpancar dari amalannya. Dan barangsiapa yang keadaan hatinya buruk, maka itu juga akan terpancar dari amalannya. Orang yang baik adalah orang yang baik keadaan hatinya. Dan orang yang buruk adalah orang yang buruk keadaan hatinya. Keduanya saling terikat dan ada korelasinya.
Keadaan hati yang baik hanya bisa didapatkan jikalau tahapan-tahapan menuju Allah Swt dilakukan. Jikalau, misalnya, bertaubat, maka bertaubautlah dengan benar. Jauhilah semua larangan-Nya, dan jalankan semua perintah-Nya. Jikalau berada di tahapan sabar, maka bersabarlah dengan baik, dan pertahankan keadaan itu terus-menerus. Jangan mentang-mentang berada di tahapan sabar, maka kita boleh melanggar maksiat. Itu sama sekali tidak dibenar. Satu tahapan dengan tahapan lainnya saling berhubungan.
Hati akan semakin terang dan bercahaya setiap kali kita berhasil melaluinya dengan baik.