Menuju Cahaya Allah Swt
اهْتَدَى الرَّاحِلُوْنَ إِلَيْهِ بِأَنْوَارِ التَّوَجُّهِ, وَالْوَاصِلُوْنَ لَهُمْ أَنْوَارَ المْوَاجَهَةِ, فَالْأَوَّلُوْنَ لِلْأَنْوَارِ وَهَؤُلَاءِ الْأَنْوَارُ لَهُمْ, لِأَنَّهُمْ لِلَّهِ لَا لِشَيْءٍ دُوْنَهُ. قُلِ اللهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُوْنَ
“Orang-orang yang berjalan menuju Allah Swt, mendapatkan hidayah/petunjuk dengan cahaya menghadapkan wajah kepada-Nya. Dan orang-orang yang sampai kepada-Nya mendapatkan cahaya berhadapan dengan-Nya. Orang-orang yang pertama bergerak untuk mendapatkan cahaya, sedangkan (kelompok kedua) cahaya bergerak menuju mereka, karena mereka mempersembahkan dirinya untuk-Nya, bukan selain-Nya. Katakanlah Allah, kemudian biarkan mereka bermain dengan kesibukannya.”
(Ibn Athaillah al-Sakandari)
[Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah al-Sakandari]
Orang yang berjalan menuju Allah Swt, yaitu dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya, maka ia akan mendapatkan petunjuk dengan cahaya-cahaya ibadah yang dikerjakannya. Ketika dia shalat, maka dia mendapatkan hidayah dengan shalat yang dikerjakannya. Ketika dia puasa, maka dia mendapatkan hidayah dengan puasa yang dikerjakannya.
Ini berbeda dengan orang yang telah sampai kepada-Nya, yaitu mencapai tingkatan Marifat. Dia berhak mendapatkan cahaya-Nya, sehingga ia tidak akan pernah tersesat ke kegelapan hidup, di kejahilan masa dan mengetahui rahasia-rahasia yang ada di balik sebuah perstiwa.
Golongan pertama adalah orang-orang yang masih berusaha mendapatkan cahaya-Nya dan masih akan menempuh perjalanan panjang. Sedangkan golongan kedua adalah orang-orang yang telah mendapatkan cahaya-Nya, dan merekalah yang berhak menyandang gelar Waliyullah.
Katakanlah Allah Swt sebagai Tuhanmu. Sembahlah diri-Nya dan jangan pernah mengabaikan perintah-Nya. Biarkanlah orang-orang yang lalai dengan dunianya terus sibuk dan jangan sampai terpedaya. Itu hanyalah godaan dan hidayah setan, yang akan menyengsarakan Anda di dunia dan di akhirat.