Seorang muslim mengimani Rububiyyah Allah SWT terhadap segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam Rububiyyah-Nya terhadap sekalian alam. Sebab utamanya, karena hidayah Allah SWT, kemudian berdasarkan dalil-dalil Naqli dan Aqli berikut ini:
DALIL NAQLI
1-Pemberitahuan Allah SWT sendiri mengenai Rububiyyah-Nya, yang berfirman ketika memuji diri-Nya sendiri:
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Surat al-Fâtihah: 2).
Kemudian firman-Nya yang menegaskan Rububiyyah-Nya:
“Katakanlah: "Siapakah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah".” (Surat al-Ra’d: 16)
Allah SWT berfirman menjelaskan Rububiyyah-Nya dan Ilahiyyah-Nya:
“"Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. * Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu. " (Surat al-Dukhan: 7-8)
Dia juga berfirman, mengingatkan perjanjian yang dibuat anak manusia ketika mereka masih berada di Sulbi bapak mereka, bahwa mereka akan mengimani Rububiyyah-Nya, menyembah-Nya, dan tidak mempersekutukan-Nya dengan selain-Nya:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".” (Surat al-A’râf: 172)
Dia berfirman sebagai hujjah bantahan terhadap kaum muslimin dan menuntun mereka untuk memberikan jawaban:
“Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" * Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?" (Surat al-Mukminûn: 86-87)
2-Pemberitahuan Para Nabi dan Para Rasul mengenai Rububiyyah-Nya, persaksian mereka dan ikrar mereka mengenai hal itu.
Adam alaihissalam menyatakan dalam doanya:
“"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Surat al-A’râf: 23)
Nuh dalam aduannya kepada Allah SWT:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka.” (Surat Nûh: 21)
Dan ucapannya:
“"Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku; * maka itu adakanlah suatu keputusan antaraku dan antara mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang mukmin besertaku"." (Surat al-Syu’arâ: 117-118)
Doa Ibrahim alaihissalam untuk Makkah al-Haram al-Syarîf, untuk dirinya sendiri dan anak keturunannya:
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. " (Surat Ibrahim: 35)
Yusuf alaihissalam berkata dalam pujian kepada Allah SWT dan doanya:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (Surat Yusûf: 101)
Musa dalam beberapa permintaannya (doanya):
“"Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku." (Surat Tâhâ: 25-29)
Harun kepada Bani Israel:
“sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.” (Surat Tâhâ: 90)
Zakariya berkata dalam Istirhâmnya (mengharapkan rahmat Allah SWT):
"Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.” (Surat Maryam: 4)
Kemudian juga berkata dalam doanya:
"Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” (Surat al-Anbiyâ’: 89)
Isa dalam jawabannya terhadap Allah SWT:
“"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu"." (Surat al-Mâaidah: 117)
Kemudian berkata kepada kaumnya:
"Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (Surat al-Mâaidah: 72)
Nabi kita; Muhammad Saw, begitu dengan para Rasul lainnya, jikalau tertimpa kesusahan (kegelisahan), maka akan mengatakan:
“Tidak ada ilah melainkan Allah yang Maha Besar lagi Maha mulia, tidak ada ilah melainkan Allah Rabb ‘Arsy yang agung, tidak ada Ilah melainkan Allah rabb langit dan rabb bumi, rabb ‘Arsy yang mulia.” (1)
Para Nabi dan Para Rasul, semuanya mengakui Rububiyyah Allah SWT dan mendakwahkan-Nya. Mereka adalah manusia yang paling sempurna pengetahuannya, paling sempurna akalnya, paling terpercaya ucapannya, paling mengenal Allah SWT dengan segala sifat-Nya, dibandingkan dengan semua makhluk yang ada di muka bumi ini.
3-Milyaran Ulama (Ilmuwan) dan para Bijak mengimani Rububiyyah-Nya terhadap mereka dan terhadap segala sesuatu. Mereka mengakuinya dan meyakininya dengan pasti.
4-Milyaran manusia yang berakal pintar dan berakhlak baik, bahkan jumlahnya tidak terhitung, mengimani Rububiyyah-Nya terhadap sekalian makhluk.
DALIL AQLI
Di antara bukti logik yang benar, yang menunjukkan Rububiyyah Allah SWT terhadap segala sesuatu adalah berikut ini:
1-Allah SWT menciptakan segala sesuatu. Semua orang mengakui, bahwa dalam masalah penciptaan, tidak ada seoran pun yang mengklaim melakukannya atau mampu melakukannya selain Allah SWT, walaupun ciptaan itu hanyalah berupa makhluk kecil dan remeh, bahkan walaupun hanya berupa selembar bulu di tubuh manusia atau binatang, atau bulu kecil di sayap burung, atau daun di cabang pohon. Apalagi, untuk menciptakan tubuh yang sempurna atau tubuh yang hidup, atau seukuran satu gram besar atau beberapa gram saja.
Allah SWT berfirman tentang penetepan sifat al-Khaliqiyyah al-Muthlaqah (penciptaan mutlak) yang dimiliki-Nya, yang tidak dimiliki selain-Nya:
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. " (Surat al-A’râf: 54)
Dan firman-Nya:
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (Surat al-Ŝaffât: 96)
Kemudian memuji diri-Nya sendiri terkait al-Khâliqiyyah ini:
“Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka.” (Surat al-An’âm: 1)
Dan firman-Nya:
“Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi-Nya-lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat al-Rûm: 27)
Jadi, bukankah al-Khâliqiyyah-Nya (sifat penciptaan-Nya) terhadap segala sesuatu itu adalah bukti wujud-Nya dan Rububiyyah-Nya? Ya, dan kami menjadi saksi atas hal itu.
2-Allah SWT sendirilah yang memberikan rezeki. Tidak ada satu binatang melata pun di muka bumi, atau berenang di lautan, atau bersembunyi di rerumputan, kecuali Allah SWT pencipta rezekinya, pemberinya petunjuk untuk mendapatkannya, bagaimana cara mendapatkannya, dan bagaimana cara memanfaatkannya.
Mulai dari semut sebagai binatang paling kecil, sampai manusia sebagai jenis paling sempurna dan paling mulia, semua membutuhkan wujud Allah SWT, takwîn-Nya, makanan-Nya dan rezeki-Nya. Allah SWT adalah satu-satunya yang mengadakannya, membuatnya, memberinya makan, dan memberinya rezeki. Inilah sejumlah ayat Kitabullah yang menegaskan fakta ini dan menetapkan hakikatnya.
Allah SWT berfirman:
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan." (Surat Abasa: 24-31)
Dan firman-Nya:
“Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. " (Surat Ťâhâ: 53-54)
Dan berfirman, yang tidak ada ilah kecuali diri-Nya, dan tidak ada Rabb selain-Nya:
“Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Surat al-Hijr: 22)
Dan berfirman, yang tidak ada Pemberi Rezeki kecuali diri-Nya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.” (Surat Hûd: 6)
Jikalau sudah jelas ketentuannya, dan tidak ada yang menentangnya, bahwa tidak ada pemberi rezeki kecuali Allah SWT, maka itu adalah bukti Rububiyyah-Nya kepada sekalian makhluk-Nya.
3-Persaksian Fitrah manusia yang masih lurus terhadap Rububiyyah Allah SWT dan penetapannya secara terang-terangan. Selama seseorang itu belum rusak fitrahnya, maka ia akan merasakan di lubuk hatinya yang terdalam bahwa ia lemah dan tidak mampu berbuat apapun di hadapan Penguasa yang Maha Kaya lagi Maha Kuat, bahwa ia tunduk terhadap segala tindakan-Nya dan pengaturan-Nya, kemudian mengucapkan dengan keras tanpa ragu-ragu sedikit pun bahwa Dia adalah Allah Rabbnya dan Rabb segala sesuatu.
Jikalau fakta ini sudah diakui, tanpa ada seorang pun yang berfitrah lurus menentangnya atau mendebatnya, maka layak disebutkan disini sebagai bahan tambahan tentang sejumlah pengakuan para pemuka penyembah berhala terkait fakta ini yang termaktub dalam al-Quran al-Karim, yaitu mengenai Rububiyyah Allah SWT dalam penciptaan dan terhadap segala sesuatu.
Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Surat al-Zukhruf: 9)
Dan firman-Nya:
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah".” (Surat al-‘Ankabût: 61)
Dan firman-Nya:
“Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah"." (Surat al-Mukminûn: 86-87)
4-Kuasa Allah SWT terhadap segala sesuatu, tindakan-Nya yang mutlak terhadap segala hal, dan pengaturan-Nya terhadap apapun, merupakan bukti Rububiyyah-Nya. Semua mengakui bahwa manusia seperti makhluk hidup lainnya di alam semesta ini, tidak memiliki kekuasaan terhadap dirinya sendiri. Buktinya, ketika pertama kali dilahirkan ke muka bumi ini, ia bertelanjang, berkepala terbuka (tidak ada tutup kepala), dan tidak beralas kaki. Kemudian, nanti ketika akan meninggalkan dunia dan berpisah dengannya, ia juga tidak akan memiliki apapun selain kain kafan yang menutupi tubuhnya. Maka, bagaimana bisa dikatakan: “Manusia memiliki kuasa terhadap dirinya sendiri di dunia ini?”
Jikalau manusia, yang merupakan makhluk paling mulia di alam semesta ini, bukanlah penguasanya, maka siapakah penguasanya? Penguasanya adalah Allah SWT, dan hanya Dia satu-satunya, tanpa perlu diperdebatkan, tanpa perlu dikeragui, dan tanpa perlu dipertanyakan.
Apa yang dikatakan dan diakui terkait al-Mulkiyah (kekuasaan) Allah SWT, juga dikatakan dan diakui terkait tindakan (al-Tasharruf) dan pengaturan (al-Tadbir)-Nya terhadap segala urusan kehidupan ini.
Jadi, demi Allah, semua itu adalah sifat Rububiyyah; Mencipta… Memberi rezeki… Berkuasa… Bertindak… Dan mengatur. Dahulu, hal itu sudah diakui oleh para pesohor penyembah berhala, yang ungkapan mereka termaktub dalam berbagai surat al-Quran al-Karîm. Allah SWT berfirman:
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan." (Surat Yûnus: 31-32) []
Catatan Kaki:
(1) Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (8/93), juga diriwayatkan oleh Muslim (21) dalam Kitab al-Dzikr wa al-Du’â